Banyak kisah di tempat pengungsian bencana Merapi yang dapat menjadi inspirasi kita dalam menjalani kehidupan ketika pergumulan itu datang. Banyak anak-anak korban dari bencana ini yang terganggu aktivitas pendidikan mereka karena sekolah mereka diliburkan akibat terjangan debu vulkanik panas.
Henita (11), seorang anak dari Dukuh Ngancar, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta Rabu (10/11) terlihat tertawa dan bercengkerama dengan beberapa temannya di salah satu sudut Stadion Maguwoharjo Sleman. Mereka bermain ular-tangga didampingi oleh seorang relawan yang khusus membantu anak-anak pengungsi untuk beraktivitas seperti biasanya.
Puluhan anak lainnya juga terlihat sibuk dengan buku cerita dan mainan, misalnya puzzle dan kartu gambar. Sementara beberapa anak yang lain berkerumun menyaksikan beberapa relawan yang mendongeng dan bercerita dengan menggunakan medium boneka. Henita merupakan satu dari Ribuan pengungsi anak-anak dan balita yang saat ini berada di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Jumlah pengungsi di lokasi tersebut sekitar 53.251 orang.
Dengan adanya relawan yang mengajak anak-anak bermain dengan buku dan permainan itu, ia merasa sangat senang dengan kegiatan membaca buku yang dikelola Perpustakaan Jawa Tengah. ”bukunya banyak, aku bisa baca yang mana aja,” ujar anak pasangan Harsono dan Suyati tersebut yang tidak bisa beraktivitas seperti saat berada di kampung halamannya.
Tak hanya Henita yang merasa senang dengan buku dan mainan anak. Anak-anak yang lain juga terlihat sangat antusias dengan kehadiran relawan yang mengajak main dan membaca buku tersebut. Bahkan, beberapa orangtua ikut duduk mendekat, meminjam buku dan menceritakannya kepada anak mereka. Harsono (46) orang tua Henita, mengaku dirinya terbantu oleh kehadiran relawan yang khusus membantu anak-anak untuk beraktivitas seperti biasa. “Mereka sangat membantu sekali, yang penting melihat mereka gembira dan tak terganggu situasi seperti ini," ungkapnya.
Ferianto (30) salah satu relawan yang sehari-harinya mengajar di Taman Kanak-kanak (TK) ini mengaku sangat bahagia dapat membantu anak-anak di pengungsian. Ia menambahkan bahwa jika anak-anak ini gembira dan tertawa maka orangtua pun akan terhibur karena dapat mengobati psikis mereka yang mungkin terganggu.
“Pastinya orangtua akan merasa senang jika anaknya gembira. Penderitaan mereka selama mengungsi dapat terlupakan. Bahkan senyum anak-anak ini dapat meredakan letusan Merapi, “ tegasnya dengan tersenyum.
Sumber : Jawaban.com/dpt